Yogyakarta SURYAPOS – Jagad maya kembali dihebohkan dengan video aksi seorang pria yang menendang dan membuang sebuah sesajen berisi makanan dan buah-buahan yang diletakkan di sebuah lokasi di kawasan erupsi Gunung Semeru, sehingga memantik berbagai reaksi dan komentar dari netizen +62.
Dalam video yang berdurasi sekitar 30 detik itu, nampak seorang pria yang mengenakan rompi dan penutup kepala menghampiri sebuah lokasi yang terdapat sesajen berisi makanan dan buah-buahan, sambil meneriakkan takbir, “Allahu Akbar”, terlihat sosok pria tersebut menendang dan membuang sesajen tersebut.
“Ini yang membuat murka Allah“, terlontar kalimat dalam video tersebut, “jarang sekali disadari bahwa inilah yang justru mengundang murka Allah, hingga Allah menurunkan azabnya, Allahu Akbar”, ucapnya lagi sambil membuang sesajen tersebut.
Video yang beredar di jagad maya tersebut pun menuai kontroversi dan berbagai komentar dari para netizen +62, salah satunya dari pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Sleman, Gus Miftah melalui akun Instagram pribadinya terkait dengan aksi yang dilakukan pria dalam video viral tersebut.
Gus Miftah terlihat geram dengan aksi yang dilakukan oleh pria dalam video viral tersebut, lantaran tidak bisa menghargai adat istiadat dan budaya daerah lain.
“Desa mawa cara, negara mawa tata, Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka”, ujar Presiden para pendosa ini, seperti yang dikutip dari akun Instagram pribadinya pada Minggu (09/01).
Lebih lanjut disampaikan oleh Gus Miftah jika, dari kejadian tersebut dibutuhkan perubahan cara pandang terhadap sesajen, bukan pada budayanya, perbuatan tersebut sangat jelas tidak mencerminkan Islam seperti yang dibawa oleh Wali Songo, saat masa penyebaran Islam di Nusantara.
“Kalau dulu dakwah Wali Songo sekasar itu, mungkin Islam belum seperti hari ini di Nusantara“, ujar Kyai Nyentrik ini yang sering memakai kacamata hitam saat melakukan dakwah.
Sementara itu putri Gus Dur, Alissa Wahid juga memberikan tanggapannya terkait dengan viralnya video tersebut, tampak dalam unggahan putri Gus Dur ini yang sangat prihatin dan menyayangkan terjadinya aksi ini.
“Boleh saja kita menyakini bahwa sesajen itu tidak boleh, namun jangan mengambil hak orang lain untuk mengimani hal yang berbeda”, ujar putri sulung Gus Dur ini, yang juga dikenal sebagai seorang psikolog.
Lebih lanjut disampaikan oleh Alissa Wahid jika, janganlah kebencian pada satu kelompok, mendorong terciptanya ketidakadilan, mengingat Bangsa ini adalah milik bersama, bukan milik salah satu kelompok.
Indonesia sendiri dibangun dari keberagaman adat istiadat, budaya, agama, dan suku sehingga sudah selayaknya toleransi antar umat beragama selalu menjadi budaya segenap anak bangsa, sehingga kedamaian dalam kehidupan bisa terlaksana dalam keberagaman, seperti yang tercantum dalam, “Bhinneka Tunggal Ika”, sehingga apa yang dicita-citakan oleh pendiri Bangsa ini bisa terlaksana.