Gunungkidul (DIY), SURYAPOS.id – Penutupan Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025 di Kalurahan Logandeng, Gunungkidul, Sabtu (18/10/2025), bukan sekadar akhir dari sebuah perayaan seni dan tradisi. Lebih dari itu, FKY 2025 menjadi cermin kuatnya gotong royong warga dan semangat menjaga kebudayaan di tengah arus modernitas.
Selama sepekan penyelenggaraan, festival yang menampilkan ragam kesenian, kuliner, dan tradisi lokal ini berhasil menarik lebih dari 72 ribu pengunjung dari berbagai daerah, termasuk wisatawan mancanegara. Tak hanya menampilkan karya seniman lokal, FKY juga menghadirkan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat.
Baca juga: Forum Jogja Damai Hadir, Warga Bersatu Jaga Harmoni dan Keamanan di Kota Pelajar
Dari laporan panitia, total perputaran ekonomi selama FKY mencapai Rp 460 juta lebih. Pendapatan tersebut berasal dari berbagai sektor, mulai dari Pasaraya yang diikuti 18 Kapanewon di Gunungkidul dengan omzet Rp 100 juta, hingga 70 stan kuliner yang mencatat omzet Rp 332 juta. Sementara dari kantong parkir masyarakat, tercatat pemasukan lebih dari Rp 15 juta.
“FKY tumbuh dari kerja bersama yang intens antara panitia dan warga Gunungkidul. Dari persiapan hingga pelaksanaan, semua bergerak bersama: karang taruna, ibu-ibu PKK, linmas, hingga warga yang kerja bakti,” ujar Direktur FKY 2025, BM Anggana, dalam sambutan penutupan.
Baca juga: Remaja 17 Tahun Patah Tulang Usai Tabrakan dengan Honda Jazz di Nanggulan
Anggana menegaskan, keberhasilan FKY tahun ini bukan semata karena dukungan anggaran, melainkan karena semangat kebersamaan dan kecintaan warga terhadap kebudayaan. “FKY tidak berdiri karena anggaran datang tepat waktu, tapi karena kebaikan hati, tenaga yang tak kenal lelah, dan cinta yang tak sempat istirahat,” katanya.

Dari sisi komunikasi publik, FKY 2025 juga mencatat capaian digital yang mengesankan. Sebanyak 155 konten FKY berhasil menjangkau lebih dari 3 juta penonton di berbagai platform: Instagram dengan 3,2 juta tayangan, TikTok 243 ribu tayangan, dan YouTube 157 ribu penayangan.
Lebih dari 2.500 pelaku seni, budaya, dan komunitas ikut berpartisipasi dalam beragam kegiatan seperti jelajah budaya, pameran rupa, lokakarya, dan wicara budaya. Keterlibatan lintas kelompok inilah yang menjadi ruh utama FKY 2025.
Baca juga: Dua Remaja Naik Nmax Diamankan Polisi karena Diduga Hendak Picu Keributan
“Pemerintah bisa menunda, tapi solidaritas kebudayaan tak pernah bisa ditunda. Sebab yang memiliki kebudayaan bukanlah kekuasaan, melainkan kasih sayang yang tumbuh di antara warganya,” tutur Anggana menutup sambutannya.
FKY 2025 menegaskan satu hal: di tengah dunia yang berubah cepat, kebudayaan tetap menemukan caranya untuk hidup selama ada warga yang merawatnya dengan cinta.

















