Yogyakarta (19/10/2025). Lahirnya Hari Kebudayaan Nasional pada 17 Oktober 2025 yang dicetuskan oleh Tim Garuda 9 dapat dijadikan kesempatan untuk merubah paradigma berfikir kebudayaan. Selain itu juga meneguhkan kembali jati diri bangsa melalui diri bangsa melalui pengawetan nilai-nilai budaya dan tradisi.
Topik ini dibahas dalam Dialog Hari Kebudayaan dengan tema “Merajut Keberagaman Menguatkan Kebangsaan” yang diadakan oleh Tim 9 Garuda Plus di Mandira Baruga Ballroom, Hotel Tasneem Malioboro, Yogyakarta. Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan RI, Dr Restu Gunawan MHum, pada Sabtu (18/10/2025) menyampaikan bahwa terdapat beberapa pandangan tentang kebudayaan yang perlu diubah jika semua pihak ingin budaya tetap terjaga dan kuat. Salah satu perubahan yang diperlukan adalah mengubah pandangan bahwa kebudayaan tidak hanya sebatas seni.
Budaya harus dilihat sebagai sistem norma sosial yang mencakup berbagai aspek, termasuk soal membuang sampah pada tempatnya dan kepatuhan terhadap aturan lalu lintas.
Budaya seharusnya juga dipandang sebagai bentuk investasi. Banyak yang selama ini melihat budaya hanya dari sisi hasil akhir dan pengeluaran, yaitu meramaikan suatu acara. Sebenarnya, kegiatan budaya banyak berkontribusi pada aspek ekonomi dan usaha mikro, kecil, dan menengah yang terkait. Misalnya, meningkatnya permintaan untuk transportasi, jasa kecantikan, tempat parkir, makanan, dan lainnya.
Di sisi lain, perubahan pemikiran yang perlu diperhatikan adalah bahwa pelestarian dan perlindungan budaya saat ini tidak dapat dipandang sebagai cara untuk bertahan. Budaya tidak sekadar dijaga tetapi juga ditingkatkan dengan strategi yang lebih agresif.
“Contohnya, memperkenalkan budaya tumpeng saat ada anggota keluarga yang merayakan ulang tahun, mendengarkan cerita lokal waktu menidurkan anak, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih intens, ” jelasnya.
Dalam diskusi yang diadakan oleh Paniradya Pati Keistimewaan, Aris Eko Nugroho menegaskan bahwa kebudayaan merupakan elemen dari peradaban, sehingga setiap individu dapat menorehkan sejarah yang berbeda. Ia menyatakan bahwa jiwa kota Yogyakarta selain sebagai kota pendidikan dan pariwisata adalah budayanya. Kebudayaan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Yogyakarta, hampir semua aktivitas terkait dengan budaya.
Budaya tidak bisa lagi dilihat dengan pandangan yang sempit dan harus diperluas. Hal-hal seperti cara membuang dan mengelola sampah dengan benar serta menghargai orang lain di jalan juga merupakan bagian dari budaya dan memiliki estetika tersendiri.
“Di antara tujuan penanaman budaya adalah memperkuat kerukunan di antara masyarakat, memupuk toleransi, membangun kesadaran kebangsaan, nasionalisme, serta kemandirian dan berbudaya,” ungkapnya.
Penetapan 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional oleh Menteri Kebudayaan menjadi langkah signifikan untuk gerakan budaya di Indonesia yang diharapkan akan memperkokoh akar budaya bangsa ke seluruh penjuru negeri.
SON
Catatan, Tim 9 Garuda Plus lainnya, antara lain Nano Asmorodono, Suyati (Yati Pesek), Yani Saptohoedojo, Esti Wuryani, Isti Sri Rahayu, Arya Ariyanto, Bimo Wiwohatmo, Achmad Charris Zubair, Rahadi Saptata Abra dan Oni Wantara.













