Gunungkidul (DIY), SURYAPOS.id – Perayaan Sewindu Gari Art Festival 2025 menjadi momen bersejarah bagi masyarakat Kalurahan Gari, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Tak hanya menampilkan ragam seni dan budaya, festival ini juga menandai lahirnya inovasi pelayanan publik berbasis digital bernama “eGori” (Elektronik Gampang Ora Ribet), serta peresmian Alun-Alun dan Balai Kalurahan Gari.
Acara yang digelar di Balai Kalurahan Gari pada Sabtu (25/10/2025) tersebut diresmikan oleh Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Yudanegara, Ph.D., Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Kalurahan, Kependudukan, dan Pencatatan Sipil (PMK2P) DIY. Turut hadir Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, beserta jajaran pemerintah daerah dan tokoh masyarakat.
Baca juga: SNTT 2025 Menjadikan Ruang Kolaborasi Riset Berdampak Nyata di Masyarakat
Lurah Gari, Widodo, mengatakan bahwa peringatan delapan tahun Gari Art Festival kali ini menjadi penanda komitmen desa untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Melalui eGori, warga diharapkan dapat mengakses layanan administrasi pemerintahan secara lebih mudah dan efisien tanpa harus datang langsung ke balai kalurahan.
“Gari Art Festival bukan hanya wadah ekspresi seni, tetapi juga bentuk nyata pengabdian kepada masyarakat. Melalui eGori, kami ingin menghadirkan layanan yang cepat, mudah, dan transparan,” ujar Widodo.
Baca juga: Waterboom Jogja Gelar Kompetisi “Angklung in Harmony #4”
Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul Joko Parwoto menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur baru di Gari merupakan hasil sinergi antara pemerintah daerah dan masyarakat. Menurutnya, keberadaan Balai Kalurahan dan Alun-Alun baru akan menjadi pusat kegiatan warga sekaligus ruang publik yang mendorong kreativitas masyarakat.
“Balai Kalurahan akan menjadi pusat pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, sementara Alun-Alun menjadi ruang publik baru bagi warga untuk berinteraksi. Inovasi eGori menunjukkan bahwa masyarakat Gari mampu menjaga kearifan lokal sekaligus beradaptasi dengan kemajuan teknologi,” kata Joko.

Ia juga mengingatkan pentingnya semangat gotong royong sebagai dasar pembangunan di tingkat desa. “Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama untuk kepentingan bersama. Semangat inilah yang menjadi ruh pembangunan di Gunungkidul,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, KPH Yudanegara mengapresiasi peluncuran eGori sebagai langkah konkret pemanfaatan Dana Keistimewaan (Danais) untuk memperkuat pelayanan publik di tingkat desa. Ia menilai inovasi tersebut sejalan dengan semangat pembangunan desa berbasis kebutuhan masyarakat.
Baca juga: Pendhapa Art Space Gelar Workshop Seni Inklusif bagi Peserta Usia Anak
“Inovasi desa harus berakar pada potensi lokal dan kebutuhan warganya. Inovasi yang baik tidak berhenti saat peluncuran, tetapi terus berjalan agar memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ucapnya.
Dengan peresmian Alun-Alun, Balai Kalurahan, dan sistem layanan digital eGori, Kalurahan Gari kini menegaskan diri sebagai desa yang berdaya, kreatif, dan adaptif terhadap perubahan zaman. Transformasi ini menjadi bukti nyata semangat “Gunungkidul Raya yang Adil, Makmur, Lestari, dan Berkeadaban” yang terus digelorakan pemerintah daerah.

















