
Yogyakarta SURYAPOS Alumni Sekolah Menengah Atas (SMA) Yogyakarta Bersatu (ASYB), mengadakan pelantikan pengurus beserta narahubungnya pada Minggu (19/9) di Pendopo Rumah Cagar Budaya Langgar Duwur Boharen Kotagede, Yogyakarta secara offline dan online, yang terbagi untuk sebagian pengurus dan narahubung lainnya dilakukan secara online di rumah masing-masing, serta beberapa lainnya secara daring dari kawasan Kotabaru.
Setelah beberapa perwakilan Alumni SMA sederajat Yogyakarta di kawasan Tanah Abang, Jakarta berkumpul pada 14 Februari 2019, maka perwakilan alumni SMA sederajat di Yogyakarta, mengadakan pertemuan di kawasan Tirtodipuran, untuk mendeklarasikan berdirinya ASYB sebagai lembaga taktis yang beranggotakan alumni yang pernah bersekolah SMA di DIY dan luar DIY, pada 16 Februari 2019.
ASYB sendiri sejak berdiri, terus berkiprah dalam kegiatan sosial, budaya, edukasi sosiologi, dan aktif membantu Pemerintah dalam upaya penanganan pandemi Covid 19 yang dialami oleh Bangsa Indonesia pada umumnya dan khususnya Yogyakarta.
Dipilihnya Pendopo Rumah Cagar Budaya Langgar Duwur Boharen di Kotagede, bukan tanpa alasan, karena selain sebagai bangunan Cagar Budaya (di bangun pada 1870) namun mempunyai nilai sejarah yang tinggi, karena pernah digunakan untuk pertemuan dalam pergerakan kemerdekaan Bangsa Indonesia, tercatat ada beberapa tokoh nasional yang pernah singgah di rumah berarsitektur jawa kuno tersebut, diantaranya adalah Abdul Kahar Mudzakir, Rasjidi ( Menteri Agama era Soekarno), AR Baswedan dan lain-lain.
“Pelantikan ini merupakan pembenahan dari dalam (restrukturisasi) ASYB atas amanat dari pengurus untuk menyesuaikan serta merespon dinamika situasi dan kondisi saat ini”, ungkap Nana Je Justina, Ketua Umum ASYB.
Lebih lanjut Nana menyampaikan bahwa, ASYB sebagai lembaga taktis yang bernurani, heterogen dan egaliter, ASYB tidak akan melakukan pengkultusan individu dan akan tetap concern menjaga Pancasila, keutuhan NKRI dan Kebhinekaan.
“ASYB akan ikut mengawal agenda besar kepentingan nasional dalam suksesi peralihan Pimpinan Negara, yang mana calonnya harus memiliki sikap teguh pada Pancasila, berjiwa nasionalis dan berani untuk melawan radikalisme“, pungkas Nana.
Sementara itu, Penasehat ASYB, Achmad Charris Zubair yang juga merupakan pemilik dari Rumah Boharen menyampaikan bahwa, ASYB harus menjadi wadah pergerakan dalam mengawal nilai-nilai Pancasila.
“Rumah Boharen ini dulu, selain digunakan sebagai tempat kajian agama Islam, terutama Hadist Imam Bukhari (maka disebut dengan rumah Bokharen = Boharen) juga sebagai tempat diskusi – diskusi panjang menjelang kemerdekaan oleh beberapa tokoh dan figur”, Achmad.
Lebih lanjut Achmad juga menyampaikan bahwa, dalam periode pembangunan saat ini, Rumah Boharen juga sering digunakan sebagai tempat diskusi budaya bersama beberapa tokoh budayawan seperti, Emha Ainun Najib, Umbu Landu Paranggi, Linus Suryadi AG serta budayawan yang lain.
“Rumah Boharen ini juga, beberapa kali digunakan untuk pengambilan gambar film dan sinetron, terakhir digunakan oleh Hanung Bramantyo untuk film Sang Pencerah”, pungkas Achmad.
Sementara itu salah seorang narahubung wakil dari SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, Dina menyampaikan akan tetap komitmen bersama ASYB, karena sebagai lembaga taktis, pergerakannya banyak dibutuhkan masyarakat dalam merespon kebijakan eksekutif maupun legislatif, dengan tetap menggunakan pertimbangan dalam setiap responnya.