Kulonprogo. suryapos.id Sebuah lompatan besar diperlukan kejelian dan keberanian untuk melakukannya, bagaimana sesuatu yang dianggap biasa dilakukan dalam aktivitas keseharian dikolaborasikan dengan uniknya sepeda onthel tua bisa dikemas dalam sebuah paket wisata yang digandrungi oleh wisatawan mancanegara utamanya dari Eropa.
Berangkat dari sebuah kegelisahan sosok Towil,48 th ” kenapa sih ketika wisatawan ada di Yogjakarta itu hanya 1 sampai 2 hari…….” Inilah yang menjadikan bapak 3 putra ini mengolah keindahan alam desanya dipadukan dengan Experience (Pengalaman) bersepeda onthel tua dan diberikan Value (Nilai lebih) dengan menjelaskan apa, bagaimana serta menikmati sesuatu rutinitas yang biasa dilakukan masyarakat desa dengan segala kearifan lokalnya.
Berbekal pengalaman sebagai tour guide dan pelaku usaha kerajinan, pada November 2008 pria yang hobi gowes sepeda tua ini mulai mendirikan Towil Fiets dan mulai menawarkan paket wisata desa dengan gowes sepeda tua melihat keindahan alamnya dengan segala rutinitas masyarakat dan semua potensi ekonominya, “dalam satu paket saya ajak wisatawan untuk melihat keindahan alam, mengenal budaya, cara bercocok tanam, tenun kain, membuat kerajinan tangan, membuat tempe, membuat ketupat memberikan edukasi bagaimana sebuah proses, dari mana didapatkan, pemilihan bahan, pembuatan, pemasaran hingga menikmatinya” ujar salah satu pendiri Podjok, komunitas penggemar sepeda kuno Yogjakarta ini.
Bukan sebuah pekerjaan yang mudah ketika awal membawa wisatawan untuk melihat rutinitas keseharian masyarakat desa,” ada yang takut, malu bahkan risih ketika wisatawan yang kebanyakan dari Eropa ini menyapa atau ingin lebih tahu aktifitas masyarakat desa,namun seiring waktu dan kultur budaya masyarakat desa yang ramah dan apa adanya sampai sekarang bisa diterima dan bahkan didukung”, ujar pria gondrong ini pada Surya Pos online,30 Mei 2021.
Bukan hanya bisa menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat desa namun Towil Fiets sudah ikut memutar ekonomi masyarakat dengan banyaknya wisatawan mancanegara yang mengunjungi dusun Bantar kulon Kalurahan Banguncipto Kapanewon Sentolo, Kulonprogo hingga d kenal sebagai ikon wisata desa, yang digandrungi wisatawan mancanegara yang kebanyakan dari Jerman, Belanda, Italia, Prancis dan negara Eropa lainnya.
Sebelum Pandemi Covid-19 menghantam Indonesia,angka kunjungan wisatawan bisa mencapai 100 orang dalam sepekan, di tambahkan Towil, namun ketika Pandemi ini datang angka kunjungan wisatawan mancanegara ini turun sangat drastis, “namun masih juga banyak wisatawan lokal yang datang di wisata desa ini” ditambahkan oleh kolektor 100 unit sepeda onthel kuno ini yang terdiri dari berbagai merek ada Gazelle, BS, Triumph, BSA, Philips, Humbers, Fongers, Raleight, Simplex dan lain lain.
Ditengah lesunya dunia wisata di Indonesia secara umum, Towil masih tetap optimis dengan masa depan wisata Indonesia umumnya dan khususnya Kulonprogo yang akan bangkit lagi bersama Pemerintah, Pelaku wisata, Masyarakat dan Penikmat wisata dengan tetap mengacu pada protokol kesehatan Covid 19, “dan semoga pandemi ini segera berakhir dan dunia wisata kembali bergeliat” harapan Towil yang juga sangat mencintai alam ini, “Memanusiakan Alam dan kembalikan Alam pada porsinya,biar bisa kita wariskan pada generasi penerus kita”.