Yogyakarta SURYAPOS – Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Korwil DI Yogyakarta, menggelar aksi penolakan PPKM dan sejenisnya di wilayah DI Yogyakarta pada Rabu (18/8) di titik nol.
Dalam aksi yang dimulai sekitar pukul 13.00 WIB diikuti dengan sejumlah massa dari berbagai elemen, seperti buruh, buruh rumah tangga, pedagang, Pekerja seni/seniman, driver Ojol, pengusaha kuliner serta Cafe dan profesi yang lain.
Dalam aksi yang diinisiasi oleh SBSI Wilayah DIY disertai juga aksi pembagian sembako bagi masyarakat terdampak pandemi Covid 19 disejumlah tempat dan dilokasi aksi.
“Saya minta Pemerintah untuk segera menghentikan aturan PPKM atau sejenisnya, karena DI Yogyakarta ini perekonomiannya bergantung pada tiga sektor yakni, Sektor Pendidikan, Sektor Pariwisata dan Sektor Kebudayaan“, ujar Dani Eko Wiyono Ketua SBSI Korwil DI Yogyakarta.
Lebih lanjut, Dani menyampaikan bahwa dengan ditutup dan dibatasinya tiga sektor inti perekonomian di Yogyakarta, maka akan semakin banyak korban dari masyarakat, pelaku wisata, pekerja seni, mahasiswa, dan profesi lainnya, dan harusnya Pemerintah hadir untuk rakyaknya.
“Ini merupakan aksi pertama kami, namun kami akan terus menyuarakan aspirasi kami sampai Pemerintah mendengar dan memberikan solusi dari tuntutan kami“, ujar Dani.
Dari pantauan suryapos.id tampak beberapa peserta aksi yang mengenakan jaket ojek online dari beberapa aplikator besar berada ditengah-tengah massa aksi.
“Semenjak Diterapkannya PPKM, dampaknya sangat luar biasa bagi kami, para driver ojek online, untuk bisa menghidupi keluarga kami sangatlah sulit, mengingat hilangnya salah satu pangsa pasar terbesar kami, para mahasiswa yang dulu ada di Jogja sekarang banyak yang sudah pulang ke daerah masing-masing”, ujar Kunto Wibisono (40) tahun, driver Ojol dari sebuah aplikator besar.
Lebih lanjut, bapak satu putra ini mengatakan bahwa, saat ini untuk bisa membawa uang Rp 50 rb saja sangat sulit, karena kami harus mengeluarkan bensin, uang parkir dan biaya perawatan motor.
“Untuk itu saya berharap sekali pada Pemerintah untuk lebih memperhatikan sektor-sektor informal seperti kami“, pungkas Kunto warga Babarsari ini.
Shinta (30) tahun salah seorang penyanyi menyampaikan bahwa, dampak pemberlakuan PPKM ini bagi sektor pekerja seni sangatlah signifikan, dimana aktivitas dan keberlangsungan para pekerja hanya bergantung pada hidupnya dunia seni, khususnya dunia panggung.
“Apapun itu kami menolak perpanjangan PPKM dan sejenisnya, karena sudah habis perabotan rumah kami terjual untuk bertahan hidup, ketika dunia seni ditutup total”, ungkap Shinta salah seorang peserta aksi yang berprofesi sebagai penyanyi pada suryapos.id.
Aksi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) yang diikuti oleh beberapa elemen pekerja dan buruh yang ada di Yogyakarta diakhiri tepat pukul 14.00 WIB dan dengan tertib massa aksi membubarkan diri.
Umum.