BANTUL, suryapos.id Sosialisasi Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika kembali disuarakan dalam sebuah acara diskusi interaktif oleh Sanggar Sekar Nirmala pada hari ini (27/5) di Joglo Budi Setyawan/RM Ny. Narti, Padokan Kasihan Bantul.
GKR Hemas selaku narasumber utama menegaskan kembali pentingnya menjaga Pancasila, jangan sampai ideologi bangsa Indonesia ini tergantikan oleh ideologi paham apapun. Tantangan kita saat ini adalah bangsa kita sendiri yang tidak sedikit sudah terbawa arus paham paham yang mengusik nilai nilai Pancasila, yang mencoba menjauhkan nilai budaya leluhur dari masyarakat dan membelokan sejarah supaya masyarakat tidak mengenali sejarah bangsanya sendiri.
Lebih lanjut Gusti Ratu menyampaikan bahwa menjadi kontradiktif karena banyak orang dari luar Jawa dan barat yang ingin belajar serius tentang tata nilai keluhuran adat istiadat Jawa sementara masyarakat Jawa mulai banyak yang kehilangan keJawaannya.
Nono Karsono sebagai narasumber lain memberi gambaran bahwa falsafah Pancasila itu sebenarnya sudah ada disetiap manusia Indonesia. Di dalam setiap diri manusia pasti memiliki hati nurani yang percaya adanya Tuhan pencipta semesta, jika sudah memiliki kepercayaan itu tentu akan paham bahwa hidup ini berdampingan dengan manusia lain, selanjutnya manusia akan berkoloni saling berdampingan dan melengkapi, interaksi dan kesepakatan tentu akan muncul jika terjadi perbedaan yang semua itu bertujuan untuk menuju rasa berkeadilan.
Agama sebagai dogma untuk kebenaran dan kebaikan. Pancasila juga sebagai pedoman atau tatanan kebaikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sementara Bpk Didik selaku kepala Dispora DI Yogyakarta mengakui bahwa sejak penggantian pelajaran Pendidikan Moral Pancasila menjadi pelajaran Kewarganegaraan Indonesia periode pasca reformasi menjadi perhatian serius dunia pendidikan hingga saat ini. Diakui bahwa secara eksplisit pendidikan agama kemudian menjadi acuan utama untuk pola pendidikan moral dan spiritual. “Kami sedang menggodog konsep pendidikan budi pekerti untuk diterapkan dalam pelajaran utama atau muatan lokal”, imbuhnya.
Berikut Widihasto Wasono Putro, aktifis senior menyatakan bahwa urusan persatuan dan kesatuan bangsa yang diwariskan para pendiri bangsa menjadi tanggung jawab generasi pengisi kemerdekaan ini. Generasi penerus kita ini harus terus belajar dari sejarah bangsa lain di Eropa, Timur Tengah, Afrika dan beberapa wilayah belahan dunia dimana akibat konflik yang dilatar belakangi politik identitas sering memantik persoalan yang berujung pada hancurnya persatuan dalam berbangsa. Ancaman terhadap keutuhan NKRI dan Pancasila makin nyata dilakukan oleh pihak pihak yang ingin memaksakan faham alirannya. Parahnya, banyak juga masyarakat yang lengah, terlena, terbujuk mengikutinya tanpa memahami dengan jernih terlebih dahulu.
Acara sosialisasi Pancasila yang dikemas dalam diskusi interaktif ini dihadiri para pimpinan muspika Kapanewon Kasihan, puluhan pimpinan ormas antara lain dari Foreder, BNP, BBN KB FKPPI, Sastra Jendra, Sekber, GANN, GMKI, Paksi Katon Bantul dan lain lain, ditutup dengan beberapa kesimpulan yang disampaikan oleh Bhayu Malam Hendarta selaku moderator : Jogja harus terus menjadi pelopor kebangsaan seperti para leluhur pendiri bangsa di Yogyakarta ini yang sangat begitu berperan menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pendidikan Pancasila harus kembali diadakan karena esensi pendidikan secara substansif ada pada kehidupan manusia yang berdasar pada Ketuhanan, menghargai sesama dengan lebih beradab, peningkatan karakter kegotong royongan, bersepakat dalam mencari kebaikan yang berkeadilan yang kesemuanya itu ada dalam nilai nilai Pancasila.