KAYU123
Sosial BudayaUmum

Sri Sultan HB X: Sejarah Diaspora Jawa Bukan Sekadar Masa Lalu, Tapi Identitas dan Tujuan

×

Sri Sultan HB X: Sejarah Diaspora Jawa Bukan Sekadar Masa Lalu, Tapi Identitas dan Tujuan

Sebarkan artikel ini
JIFFINA 2025

Yogyakarta, SURYAPOS.id – Bupati Gunungkidul menghadiri acara Kongres Diaspora Jawa Internasional yang diselenggarakan di Kagungan Dalem Sasana Hinggil Dwi Abad, Sabtu (14/06/2025). Acara ini merupakan forum dialog antara Diaspora Jawa dengan Sri Sultan Hamengku Buwono Kaping X, yang membahas tentang melestarikan nilai-nilai luhur budaya Jawa di penjuru dunia.

KPH Wironegoro, membuka acara dengan menekankan pentingnya merawat akar budaya dalam perjalanan para diaspora Jawa.

PASARKAYU

“Hampir 15 tahun ini kami membersamai para diaspora Jawa, dan setiap dua tahun mereka datang kembali ke tanah leluhurnya. Sudah menjadi kewajiban kami untuk menanamkan nilai-nilai baik, agar perjalanan ini tak sekadar wisata, tapi juga menghidupkan potensi budaya dan pariwisata di DIY,” ungkapnya.

Baca juga: Paskas DIY Salurkan Bantuan Beras ke 65 Lembaga, Bupati Gunungkidul Apresiasi Kegiatan Sosial

Lebih lanjut KPH Wironegoro menyampaikan bahwa sebelum acara ini, komunitas diaspora Jawa diajak berkunjung ke Gunungkidul. Ia juga menjelaskan kongres tahun ini membawa pendekatan kembali ke akar budaya.

“Selain kami ingin mengajak para diaspora mengenal identitas kultural, kami ajak diaspora ke akar rumputnya, balik ke oyote, karena itu kami ajak ke Gunungkidul. Tujuannya adalah menanamkan kembali nilai-nilai budaya Jawa seperti unggah-ungguh, subo-sito, dan toto kromo,” jelasnya.

Ia berharap dialog ini memberi manfaat nyata dan menguatkan komitmen sebagai diaspora Jawa untuk terus menjadi ujung tombak pelestarian kebudayaan Jawa di seluruh dunia.

Baca juga: Sumbermulyo Rayakan Hari Jadi ke-48 dengan Festival Olahan Tahu dan Kontes Ternak

Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam dialog menyampaikan bahwa sejarah bukan sekadar masa lalu, tetapi sesuatu yang membentuk identitas, mengarahkan tujuan, dan memiliki makna bagi masa kini.

“Sejarah itu bukan hanya tentang masa lalu. Ia meninggalkan jejak yang bisa menempelkan identitas dan mengarahkan kita pada tujuan yang bermakna di masa kini,” tutur Ngarso Dalem.

Ia menjelaskan kisah diaspora Jawa merupakan bagian penting dari peradaban nusantara.

Baca juga: Tak Terima Ditegur oleh Adiknya, Sang Kakak Bakar Sepeda Motor

“Salah satu tinggalan sejarah yang penting untuk jagad peradaban nusantara yaitu cerita tentang diaspora Jawa. Jawa migrasi ke Suriname pada tahun 1890, mereka telah menyebrang benua dan membangun kehidupan baru. Meski awalnya banyak yang bekerja sebagai buruh, mereka telah berhasil menjaga warisan budaya dan bahkan menciptakan identitas baru hasil akulturasi dengan budaya lokal,” jelasnya.

Demikian pula dengan migrasi ke Belanda pada tahun 1975, yang terjadi karena dinamika sosial politik dan keinginan hidup lebih baik pasca kolonial. Di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, diaspora Jawa juga tumbuh dan terus berperan membangun masa depan keluarga mereka.

Menurut Ngarso Dalem, hal yang patut disyukuri adalah komitmen diaspora Jawa yang tetap melestarikan budaya, kesenian, dan tradisi leluhur, dimanapun mereka tinggal. Ini menjadi bukti bahwa budaya Jawa tetap hidup dan bisa lestari di luar tanah kelahirannya.

“Mengerti sejarah diaspora Jawa bukan hanya untuk bernostalgia, tapi juga menjadi jalan untuk merajut koneksi lintas generasi dan memperkuat jati diri kita sebagai orang Jawa,” ungkap beliau.

Sri Sultan juga mengapresiasi tema kongres tahun ini, Hamemayu Hayuning Bawono, sebagai panggilan jiwa untuk merawat harmoni dalam kehidupan.

Baca juga: NMax Vs Beat di Semanu, Pembonceng Alami Patah Tulang

Beliau mengamati bahwa komunitas diaspora Jawa kini telah membangun jaringan global, melestarikan budaya, dan menggerakkan ekonomi semua demi menjaga nilai-nilai luhur orang Jawa.

“Saya percaya, para diaspora tidak hanya datang ke tanah Jawa, tetapi juga menyentuh batin mereka sebagai orang Jawa,” tuturnya.

Menutup pesannya, Ngarso Dalem mengibaratkan jaringan diaspora Jawa seperti rumpun bambu yang saling menopang, kuat, lentur, dan penuh nilai.

Baca juga: Wakil Bupati Gunungkidul Dorong Perempuan Jadi Pengusaha Tangguh

Dalam kesempatan yang tersebut, Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih menyampaikan rasa terima kasih atas kunjungan para diaspora ke Gunungkidul dan dukungan mereka terhadap produk lokal.

“Saya sangat berterima kasih karena Gunungkidul menjadi bagian dari agenda Kongres Diaspora Jawa Internasional. Kami merasa terhormat, apalagi banyak produk UMKM kami dibeli dan diapresiasi. Semoga pertemuan ini menjadi awal kerja sama untuk memasarkan produk lokal Gunungkidul, termasuk jamu, ke kancah internasional,” ujarnya.

“Saya juga minta maaf apabila dalam menyambut teman-teman diaspora ke Gunungkidul kemarin banyak kekurangan,” tambahnya.

AYO PASANG IKLAN
JIFFINA 2025

Respon (9)

Komentar ditutup.

VENEERKAYU