Scroll untuk baca artikel
REDAKSI
Example floating
Example floating
KAYU123 NATARU
Sosial BudayaWisata

Gelar Adat Tradisi Bubuh Bubuh, Ndoro Aning : Budaya Ini Harus Tetap Lestari

×

Gelar Adat Tradisi Bubuh Bubuh, Ndoro Aning : Budaya Ini Harus Tetap Lestari

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Gunungkidul, SURYAPOS.id – Warga Masyarakat Padukuhan Karang, Kalurahan Girikarto, Kapanewon Panggang menggelar adat tradisi “Bubuh bubuh” berlokasi di pantai Tanjung Kesirat yang berada dilingkup wilayah tersebut, pada Selasa (07/03/2023).

Adat tradisi Bubuh bubuh merupakan kegiatan rutin yang digelar oleh warga masyarakat setempat setiap satu tahun sekali yang bertepatan dengan memasuki musim tanam padi atau masyarakat Jawa sering menyebutnya musim tandur.

PASARKAYU

Juru kunci (sesepuh) pantai Tanjung Kesirat Kismo (75) disela sela prosesi adat menjelaskan, Bubuh bubuh pantai Tanjung Kesirat merupakan tradisi yang dilaksanakan turun temurun. Dikatakannya adat Bubuh bubuh sudah berusia ratusan tahun yang didalamnya memiliki makna filosofi hidup dan sejarah.

Sehingga menurut penanggalan Jawa, tepat pada hari Selasa Pahing (07/03/2023), di Pantai Kesirat Padukuhan Karang Kalurahan Girikarto seperti tahun yang telah lalu dilaksanakan adat Tradisi Bubuh bubuh,” jelasnya.

Lebih lanjut Ia menerangkan, prosesi tradisi yang diawali dengan sesaji di Tunggak Klopo, dilanjutkan ke goa pertapan Kesirat dan berakhir di puncak Tanjung Kesirat, memilik arti sejarah masa lalu dikala nenek moyang dipadukuhan Karang mengalami kekeringan panjang, sehingga mereka meyakini atas petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa kekeringan dapat diatasi dengan melakukan adat tradisi Sedekah Laut Bubuh bubuh.

Ritual sedekah sebagai ungkapan puji syukur atas rahmat, nikmat dan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah serta memohon agar panen berikutnya diberikan hasil yang baik serta warga masyarakat senantiasa diberikan kesehatan, keselamatan, ketentraman dan kekuatan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat,” urainya kembali.

Sementara itu, Raden Mas Kukuh Hertriasning (Ndoro Aning) yang merupakan kerabat keraton Ngayogyakarta Hadiningrat cucu dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII didampingi oleh Ndoro Sari (istri Ndoro Aning) yang turut hadir dalam upacara tersebut mengatakan, Bubuh bubuh di pantai Tanjung Kesirat merupakan tradisi yang sangat istimewa. Karena menurutnya adat tradisi ini merupakan satu satunya yang ada di Kabupaten Gunungkidul.

Dikatakan Ndoro Aning, sedekah yang dilakukan tepat ditepi tebing, dan dijatuhkan ke laut lepas memiliki keunikan tersendiri. Ia menilai, tradisi ini merupakan suatu kultur budaya dari hasil olah bathin para leluhur yang memiliki warna dan keragaman, sehingga adat tradisi Bubuh bubuh tetap harus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat.

Ia berharap, pemerintah daerah pun memberikan perhatian terhadap adat yang seperti ini, agar budaya seperti Bubuh bubuh tetap dapat eksis di tengah era modernisasi dan globalisasi seperti saat ini.

Apalagi ini menyangkut keindahan pantai Tanjung Kesirat yang sarat dengan spiritualnya. Ini ada 2 sisi yang bermanfaat, sebagai wisata religi sekaligus wisata alam. Tradisi ini disamping dapat menjadi ikon pariwisata pantai di Kabupaten Gunungkidul juga merupakan upaya penguatan Keistimewaan DIY.

Nama Kesirat menurut Ndoro Aning mengandung makna, Kesirat (shirath/sirot) yang mengandung arti menuju jalan yang lurus, yaitu jalan lurus lahir batin manusia kepada Sang Pencipta Alam Semesta. Sedangkan, Tunggak Klopo mengandung arti sebuah awal kelahiran atau kehidupan.

Kemudian Goa Pertapan bisa diartikan tempat meditasi atau berdoa untuk memohon kepada sang pencipta. Puncak Kesirat adalah puncak dari jalan kehidupan menuju jalan yang lurus disertai keikhlasan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa,” tutupnya menjelaskan.

AYO PASANG IKLAN
AYO PASANG IKLAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

VENEERKAYU