Yogyakarta SURYAPOS – Akhir-akhir ini disejumlah ruas jalan yang ada di Yogyakarta terlihat marak dengan bermunculannya para pengatur lalu lintas swasta atau yang lebih dikenal dengan pak ogah, yang sebagian bagi masyarakat pengguna jalan disambut sebagai salah upaya membantu kelancaran arus lalu lintas, namun sebagian lagi malah diartikan sebaliknya oleh masyarakat pengguna jalan.
Dari penelusuran SURYAPOS di lapangan, memang tidak bisa dipungkiri jika saat ini di sejumlah ruas jalan bahkan di titik putar balik sepanjang ring road, dengan mudah akan didapati sejumlah pak ogah dengan perlengkapan “dinasnya” sebuah bendera kecil dan peluit yang memecah kepadatan pertigaan, perempatan maupun lokasi untuk putar balik kendaraan, selama sekitar 30 menit SURYAPOS mencoba melihat secara seksama pola dan tanggapan pengguna jalan di jalan Godean, tepatnya perempatan Soragan di dekat Mirota Godean.
Menurut Ahmad (36) tahun, pengemudi mobil online yang setiap hari melewati perempatan Soragan menuturkan pada SURYAPOS, Sabtu (05/02) sore, sebenarnya jika pak ogah yang berada di perempatan Soragan, memahami cara pengaturan lalu lintas yang benar, maka kemacetan panjang yang ada bisa diminimalisir, bahkan bisa dirasakan manfaatnya bagi masyarakat pengguna jalan.
“Bagaimana tidak tambah macet mas jika cara pengaturan seperti itu, mendahulukan secara tiba-tiba kendaraan yang terlihat membuka kaca dan memberikan uang, serta melakukan penyetopan secara tiba-tiba pada kendaraan yang tidak memberikan uang, meski saat itu berada di tengah-tengah perempatan”, ujar Ahmad.
Hal senada disampaikan oleh Abu (45) tahun warga Sidoluhur Godean, jalan yang seharusnya secara gantian dan teratur dilewati saat di perempatan, akan tersumbat karena pola pengaturannya yang secara tiba-tiba melakukan penyetopan dan pemberian akses untuk kendaraan yang sudah terlihat menyiapkan uang, meski kondisi tidak memungkinkan untuk akselerasi kendaraan, ini yang menyebabkan kemacetan.
“Mending kita kena macet di lampu merah, daripada diatur secara suka-suka oleh pak ogah, harusnya ditertibkan oleh petugas, jadi bukan malah membantu namun jadi penyebab kemacetan”, ujar Abu pada SURYAPOS.
Dari pantauan SURYAPOS selama 30 menit di lokasi, terlihat cara pengaturan yang kurang tepat sehingga malah menjadikan semakin macet, karena cara pengaturannya yang tidak teratur dalam pemberian kesempatan untuk melewati perempatan dan terkesan hanya mendahulukan yang memberikan uang dengan mengesampingkan faktor Kamseltibcar, perlu diberikan pembinaan terkait dengan cara pengaturan lalu lintas yang benar, sehingga tercipta Keamanan, Ketertiban, Kelancaran dan Keselamatan dalam berlalu lintas, seperti para Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas (Supeltas) yang ada di sejumlah ruas jalan Kota Solo.
Semoga ini menjadikan pertimbangan bagi stakeholder terkait seperti Dinas Perhubungan (Dishub) maupun Kepolisian, dalam rangka menciptakan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban dan Kelancaran (Kamseltibcar) Lalu Lintas, bagi para masyarakat pengguna jalan, karena atas jerih payah dan keikhlasan para pak ogah – pak ogah sedikit banyak bisa membantu masyarakat, terutama di jalan-jalan seputar ring road, yang mempunyai tingkat kerawanan yang tinggi.