Oleh : Ir. KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M. Sc., Lic. Eng., Ph.D.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Ketua Dewan Pakar Seknas Jokowi
Kepada Yth,
- Gubernur DIY
- Kapolda DIY
Di Yogyakarta
Dengan hormat,
hasil proses pendidikan saat ini adalah anak didik yang tidak punya tatakrama, unggah-ungguh dan sopan santun. Wajah kosong mlompong, plonga-plongo, ngah-ngoh dan domblang-domblong, kenyang dengan dogma sesat yang hanya meracuni jiwanya. Tidak ada korelasi yang jelas antara dogma sesat dengan perilaku yang berbudi luhur, termasuk dukungan fakta empirik. Ini biangkerok terjadinya fenomena klithih.
Yogyakata darurat pendidikan!
Kembali ke ajaran Ki Hadjar Dewantara: ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani. Dalam konsep pendidikan moderen, ajaran Ki Hadjar Dewantara, sudah diadopted oleh negara-negara maju di eropa barat, istilahnya adalah belajar sambil bermain; happy and fun, berjalan seiring dengan usia. Kurikulum sistem pendidikan mengikuti perkembangan pancaindra. Konsep pendidikan yang sangat genius!
Ing ngarsa sung tulada artinya bapak/ibu guru di tingkat TK, dan SD berdiri di depan, jadi panutan murid-muridnya.
Ing madya mangun karsa artinya guru kadang perlu membaur di tengah-tengah murid-muridnya, untuk membangkitkan semangat belajar. Di tingkat SMP, dan SMA, cara mengajar guru harus diubah, sering bersama murid-muridnya, membangkitkan semangat belajar di tengah-tengah mereka.
Sekolah di tahap TK, SD, SMP, dan SMA adalah persiapan belajar di universitas. Belajar sesungguhnya ya di universitas. Jadi murid TK, SD, dan SMP jangan dibebanni dengan matapelajaran yang banyak dan hanya sampah, seolah-olah akan dapat Nobel Prize. Beri ruang yang cukup kepada anak didik untuk berekspresi melalui media seni: menari, nembang, karawitan, musik, dll. Ini sangat penting, karena yang dibangun bukan hanya intelektual namun juga jiwa dan mental. Di tingkat SMA, baru agak serius, karena memasuki tahap persiapan kuliah di perguruan tinggi.
Di Perguruan tinggi cara belajarnya adalah tutwuri handayani. Mahasiswa/mahasiswi aktif belajar mandiri dengan kurikulum yang sifatnya discussable. Mahasiswa/mahasiswi punya kebebasan penuh. Ruh perguruan tinggi adalah Rasionalitas dan Kebebasan.
Ketika saya hidup di Jerman, Swedia dan Perancis, 17 tahun lamanya, saya amati sistem pendidikan mereka, persis dengan konsepnya Ki Hadjar Dewantara.
Saya yakin 100%, gerombolan klithih hanyalah pelajar yang tidak tersentuh kegiatan kesenian dengan latar belakang keluarga yang amburadul. Jiwanya gersang, dan otaknya bodoh, karena hanya dijejali dogma-dogma sesat. Tidak ada kebebasan berekspresi dan berfikir.
Saatnya Yogyakarta membenahi sistem pendidikan. Terimakasih.
Yogyakarta, 2022-04-07
Hormat saya,
BP. Widyakanigara