Yogyakarta SURYAPOS Dua tokoh perempuan yang berkiprah luas di masyarakat yakni GKR Mangkubumi dan Allisa Wahid menjadi pembicara dalam acara Syawalan Pancasila yang dilaksanakan oleh Jas Merah (Jaringan Sejarawan Merah Putih) bertempat di Loko cafe Malioboro, Selasa (1/6).
Acara dalam rangka halal bi halal 1 Syawal 1442 ini sekaligus memperingati hari lahir Pancasila 1 Juni 1945. Acara tersebut dihadiri Kepala DAOP 6 KAI Yogyakarta, ketua Pemberdayaan Perempuan DIY, komunitas Jogja Family, Komunitas Kebaya, sekjend GP Ansor DIY, Foreder, sejumlah aktifis relawan lainnya.Acara yang dipandu oleh Widihasto dan Yanti Lemu itu menjadikan suasana acara diskusi interaktif itu jadi cukup segar dengan turut dihadirkannya Marwoto Kawer seniman ketoprak dan dagelan mataram senior Yogjakarta.
GKR Mangkubumi yang berkiprah dibanyak bidang antara lain ketua Kwarda Pramuka DIY, ketua Kadin DIY, ketua Asosiasi Pedagang Pasar seluruh Indonesia DIY dan di banyak aktifitas sosial lainnya menyampaikan, bahwa pengenalan simbol dan lambang negara harus makin sering kita berikan untuk anak anak, ini seiring gencarnya ragam aplikasi gadget dalam bentuk game maupun aplikasi permainan yang sangat membuai dinikmati anak anak sementara banyak pelajaran di sekolahnya yang justru sering lupa. Situasi pandemi begini butuh cara ekstra mendidik supaya tidak ketergantungan game internet karena anak anak akan cepat hapal tokoh tokoh dalam game daripada simbol negara maupun tokoh tokoh nasional. Perlu terobosan dengan ciptakan game game yang bersahabat dengan anak yang bertema Pancasila.
Demikian papar putri tertua Sri Sultan HB X ini yang juga sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Parwabudaya Kraton Yogyakarta.
Sementara Allisa Qotrunada Munawaroh atau akrab disapa Allisa Wahid menyampaikan Pancasila itu harus dijalani bukan cuma di hafalkan. Allisa yang juga ketua Jaringan Gus Durian, sebutan untuk para murid, pengagum, penerus pemikiran dan perjuangan Gus Dur menambahkan wawasan kebangsaan harus gencar dilakukan sejak dini. Ajarkan nilai nilai Pancasila itu dengan cara bermain dan belajar yang menyenangkan. Di lingkungan NU diajarkan bagaimana santri harus bertasamuf yaitu toleran, hidup secara adaptif yang luwes dengan sesama, itu akan terjalin saling menghargai dan menghormati. Lulusan UGM jurusan psikologi ini terkenal memiliki kepedulian besar terhadap isu isu intoleransi serta aktif dalam dialog dialog interaktif lintas agama.
Sementara Marwoto Kawer dalam kesempatan dan tempat yang sama sependapat dengan kedua tokoh perempuan tersebut, menurutnya Pancasila itu harus inheren dalam kehidupan, harus mengiringi dalam setiap pemikiran dan sikap. Penataran dan pelajaran Pancasila itu hanya sebagai penghantar yang selanjutnya kita sendiri yang harus mempraktekkan hingga perlu dijadikan candu kehidupan, jangan candu candu yang lain lho, begitu kelakar Marwoto.
Widihasto selaku direktur Jas Merah memberi tambahan, diadakannya acara Syawalan Pancasila ini untuk mempererat tali silaturahmi antar komponen bangsa, meneguhkan komitmen terhadap konsensus nasional Pancasila dan mendukung gairah kebangkitan pelaku industri pariwisata atas dampak pandemi Covid19.