Boyolali Suryapos –Masyarakat Boyolali berupaya untuk meningkatan ketahanan ekonomi di masa pandemi Covid-19.Dengan meningkatkan hasil produksi susu sapi di samping untuk memenuhi kebutuhan susu yang cenderung meningkat dari mulai pandemi Covid 19 melanda Indonesia ,juga sebagai upaya dalam mepertahankan ekonomi .
Permintaan susu sapi di berbagai wilayah Indonesia mengalami peningkatan. Secara nasional untuk memenuhi kebutuhan produksi susu sapi untuk industri pengolah susu di Indonesia baru bisa 20 persen dicukupi dalam negeri, sehingga yang 80 persen masih harus diimpor dari negara luar yaitu Amerika Serikat, Australia, New Zealand dan Kanada.
Kepala Bidang (Kabid) Produksi Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali, Gunawan Andriyanto menjelaskan bahwa ada tren peningkatan permintaan di Kabupaten Boyolali. Pada saat pandemi ini di sebabkan kondisi negara penghasil susu mengalami gangguan baik distribusi maupun produksi sehingga mengakibatkan suplai ke Indonesia agak berkurang sedangkan permintaan susu di dalam negeri meningkat.
“Ada satu hal sebagai faktor yang menonjol selama pandemi ini kesadaran masyarakat kita untuk mengkonsumsi susu cukup tinggi. Karena ada keyakinan bahwa dengan mengkonsumsi susu dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan imunitas sehingga permintaan susu juga cukup meningkat,” ungkapnya .
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, Kabupaten Boyolali memiliki jumlah sapi perah sebanyak 94.000. Jumlah tersebut tetap konsisten selama tiga tahun meskipun ada peningkatan sekitar 0,5 hingga 1 persen, dari 94.000 ekor sapi di Kabupaten Boyolali ini, dengan demikian Boyolali mampu menyumbangkan 49.000 ton/tahun atau setara dengan 136 ton per hari,ini tertinggi di JawaTengah,
“Dari segi topografis wilayah memang perkembangan susu di Kabupaten Boyolali terkonsentrasi di Kecamatan Selo, Cepogo, Musuk, Tamansari, Ampel, Mojosongo dan sedikit di Boyolali Kota. Dengan kesesuaian suhu dan juga daya dukung pakan ternak karena daerah tegalan, jadi untuk budidaya pakan ternak itu sangat cocok sebagai pendorong utama perkembangan industri sapi perah,” katanya.
Susu yang dihasilkan sapi perah yang berkualitas mempengaruhi pada industri pengolah susu (IPS) seperti Bendera, Garuda, SoGood. Karena untuk bisa masuk ke IPS, susu harus memenuhi kriteria dan kualitas antara lain kandungan protein, kandungan lemak, dan kadar kuman maksimal. Untuk itu, pihaknya melakukan berbagai pelatihan kepada peternak sapi perah, untuk dapat menghasilkan susu yang berkualitas tinggi
“Meningkatkan kualitas bibit sapi perah melalui pelayanan inseminasi buatan, pelayanan kesehatan hewan dan juga pendampingan di dalam uji kualitas susu,” pungkas. Gunawan
Sementara itu salah satu peternak sapi perah, Sri Suparti Warga Dukuh Kepalon, Desa Karangkendal, Kecamatan Tamansari yang juga sebagai pegawai KUD Musuk ini mengaku senang dengan adanya peningkatan permintaan susu oleh konsumen dari awal mulai pandemi.
“Selama pandemi ini permintaan dari kud meningkat sekitar 50 persen. Kalau sesuai harga kualitasnya tinggi sekali untuk pengiriman atau setor ke KUD itu sesuai dengan kualitas ada yang kualitas A ada kualitas B kualitas C. Yang paling tinggi itu kualitas A itu dihargai Rp 6.000, kualitas B Rp 5.700 dan kualitas C Rp 5.500,” jelasnya.sabtu( 21/08/2021)