Yogyakarta SURYAPOS – Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menjadi trending topik di Twitter Indonesia pada Senin (25/10) hingga pukul 15.29 WIB sudah digunakan sebanyak 11,4 ribu pengguna Twitter di Indonesia.
Tagar #Pecat Yaqut, merupakan buntut dari pernyataan Menag Yaqut yang dinilai kontroversi saat memberikan sambutan di webinar yang bertajuk, “Santri Membangun Negeri dalam Sudut Pandang Politik, Ekonomi, Budaya dan Revolusi Teknologi”, yang ditayangkan melalui kanal YouTube TVNU, pada Rabu (20/10).
Saat memberikan pernyataannya Menag Yaqut menyampaikan jika, Kementerian Agama (Kemenag) merupakan hadiah khusus dari negara untuk Nahdlatul Ulama (NU), bukan untuk umat Islam secara umum.
Kontroversi pernyataan Yaqut ini bermula saat perbincangan tentang tagline Kemenag yakni, “Ikhlas Beramal”, menurut politisi PKB tersebut, tagline Kemenag kurang cocok, lantas berujung pada perdebatan asal-usul Kemenag.
Pernyataan kontroversi Yaqut mendapatkan banyak tanggapan, termasuk dari Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Sekjen PBNU) Helmi Faishal Zaini melalui rilis tertulisnya pada Minggu (24/10), yang menjelaskan jika, “Kemenag hadiah negara untuk semua agama, bukan hanya untuk NU atau hanya untuk umat Islam”.
“Dengan segala hormat dan kerendahan hati, tentang pernyataan Pak Menteri Agama tentu itu hak beliau, meski secara pribadi dapat menyatakan bahwa komentar tersebut tidak pas dan kurang bijaksana, dalam perspektif membangun spirit kenegarawanan“, ujar Helmi.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Helmi, NU tidak memiliki motivasi untuk menguasai ataupun memiliki semacam Privelege dalam pengelolaan kekuasaan dan Pemerintahan, karena NU adalah Jam’iyyah Diniyah Ijtimaiyyah atau organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.
“Prinsip bagi NU adalah, siapa saja boleh memimpin dan berkuasa dengan landasan, “Tashorroful imam ‘alarroiyyah manutun bil maslahah”, atau Kepemimpinan harus melahirkan kesejahteraan dan kemaslahatan”, pungkas Helmi.
Sementara itu Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menyampaikan jika, sejarah pendirian Kemenag yang dia ketahui sangat berbeda dengan versi dari Yaqut Cholil Qoumas, meski demikian Mu’ti sendiri tidak menjelaskan seperti apa perbedaan tersebut, namun secara spesifik meminta agar, sebagai Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas bersikap adil kepada semua agama dan organisasi.
“Seharusnya Menteri Agama bersikap adil kepada semua agama dan organisasi”, ujar Mu’ti.