GPPE 2024

Melestarikan Seni Tari jaranan dan Gedrug sebagi budaya warisan leluhur

PASARKAYU
SaeXpo 2023 Jogja

SLEMAN Suryapos.id minggu (18/07) Mengenal seni tradisional yang ada di tenggah masyarakat jawa yaitu seni Jatilan dan tarian rampak Gedruk Buto, atau tari Rampak Buto merupakan salah satu tarian dalam seni jatilan tarian ini berkembang di daerah jawa tengah dan DI Yopgyakarta, Mulai dari hentakan kaki yang penuh suara krimpyingnya menggambarkan makhluk raksasa  atau buto sedang marah.
 
Jatilan adalah seni budaya asli jawa dan dimainkan dengan menaiki kuda-kudaan  yang terbuat dari anyaman dari bambu dan dihias sedemikian rupa sehingga menyerupai kuda bisa d kenal dengan kuda kepang atau dengan istilah jawa Jaran Kepang
 
Jatilan  berasal dari bahasa jawa Jan yang berarti  benar-benar, thil-thilan yang berarti yang berarti banyak gerak istilah ini lebih banyak digunakan di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah.Tari Jathilan adalah sebuah tari yang menyimbolkan kegagahan dari seorang prajurit dimedan perang, para penari bergerak bak seorang prajurit yang menumpas musuhnya dengan pedang terhunus sambil menunggang kuda yang berderap kencang.
 
Biasanya kesenian ini digabungkan  dengan unsur magic sehingga dalam  permainannya seni tari jatilan ini, para pemain kadang sampai kerasukan dan menari tanpa kesadarannya 
Kemudian tari Rampak buto itu sebagai gambaran peperangan yang dikolaborasikan dari 4 unsur tari yakni tari Kunthulan, tari Jaranan, tari Gendowo dan tarian Rakyat.Dalam penyajiannya tari Rampak Buto membutuhkan kemampuan dan tenaga yang kuat bagi para penarinya, karena banyaknya kostum dan aksesoris yang tergolong berat seperti kerincing dan topeng.
 
Seperti grup tarian Rampak Buto binaan  Eko dan Dedy kuncung dari Desa Jodag , Sumberadi, Melati, Sleman dari sebuah keinginannya melestarikan  adat budaya Daerah seni  jaranan dan Gerduk  di wilayah Sleman  mereka berdua berinisiatif untuk mendirikan paguyupan Getruk Rampak buto dengan memberi nama Satrio Kinanti Gedruk, (SKG) sejarah singkat dibentuknya kelompok seni SKG, 
 
Eko menyampaikan “Sejarah di bentuknya Satrio Kinanti Gedroex(SKG) ini berawal dari tahun 2018 tanggal 06 juni”. Pada awal mulanya Satrio Kinanti Gedroex (SKG) itu kita mengambil dari bahasa pewayangan Satriyo yang berarti gagah kuat dan pantang menyerah, _kinanti_ adalah melambangkan sebuah anak yang masih kecil saat berdiri  dengan tujuan kita mulai dari kecil dulu dan harapan kita bisa perlahan menjadi sebuah seni budaya yang besar, ke depan menjadikan  gedroex sebuah tarian rampak buto, dari situlah menjadi nama Satrio Kinanti Gedroex dengan singkatan SKG. Nama itu saya ambil kan dari tokoh wayang  di situlah SKG melambangkan dari punokawan, dengan  mengambil salah satu lambang yaitu mbah kyai semar buat simbolis SKG ( satriyo kinanti gedroex sampai saat ini, Seterusnya kita buat tempat kumpul dan berlatih di Dusun Jodag rt03 /11 Sumberadi, Melati, Sleman, dan menjadi bascame SKG  sampai saat ini dan kita sepakat Dedy Kuncung sebagai Ketua dan Penanggung jawab Satrio Kinanti Gedroex 
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

IFMAC & WOODMAC 2024