Suryapos

Srawung Literasi di TBM Jembatan Siluk Yogyakarta

Yogyakarta (29 September 2025)– Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Jembatan Edukasi Siluk, sebuah komunitas yang berakar dari semangat kolektif warga Dusun Siluk, Imogiri, Bantul, menyelenggarakan rangkaian kegiatan bertajuk “Srawung Literasi” selama 4 hari.

Acara ini merupakan wujud nyata dari program apresiasi bagi komunitas pegiat literasi yang didukung oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Dasar
dan Menengah.

TBM Jembatan Siluk berdiri sejak 2016. Pendiri dan ketua komunitas ini, Mas Kuat, awalnya melihat pemandangan yang memprihatinkan: sampah berserakan di sekitar Sungai Oyo, khususnya di bawah jembatan Siluk. Keresahan ini mendorongnya untuk mengajak teman-teman di sekitarnya melakukan aksi membersihkan sampah dan menata ulang lingkungan sekitar jembatan tersebut. Prosesnya tak mudah. Dengan gotong royong setiap minggu, mereka perlahan membersihkan tumpukan sampah yang berasal dari warga sekitar dan pengendara yang melintas.

Selanjutnya, Mas Kuat membuka kelas belajar yang diadakan secara gratis untuk masyarakat sekitar. Bersama komunitasnya, mereka membuat kelas reguler menulis, membaca dan berdiskusi serta mempelajari bahasa Inggris. Selain literasi, kegiatan melukis dan seni tari juga diadakan.

“Kami sudah memulai hal ini sejak 2016. Kami fokuskan pada anak-anak warga sekitar. Pelajaran bahasa Inggris menjadi sebuah pilihan karena itu penting buat masa depan mereka,” kata Mas Kuat saat sesi wawancara. Selain diselenggarakan komunitas, kegiatan ini sering melibatkan para mahasiswa dari berbagai kampus di Yogyakarta yang magang kerja sebagai bentuk pengabdian masyarakat.

“Target kami dengan kegiatan Srawung Literasi adalah mengedukasi masyarakat tentang literasi dan pengolahan sampah. Kami mengajari masyarakat untuk mengolah sampah menjadi sesuatu yang berguna,” tambah Mas Kuat. Secara resmi, pada 2019 Mas Kuat dan komunitasnya mendirikan yayasan Sekolah Sungai Siluk, agar aktifitas mereka berkekuatan hukum dan sesuai peraturan pemerintah. Pada 2025, yayasan ini mendapatkan bantuan pemerintah melalui Balai Bahasa Yogyakarta dan mulai menyelenggarakan kegiatan Srawung Literasi.

Mengambil semangat dari kata “srawung” dalam bahasa Jawa yang berarti bergaul dan menjalin hubungan akrab, TBM Jembatan Edukasi Siluk ingin menciptakan ruang kolaboratif yang melibatkan warga, anak anak. pegiat literasi, dan seniman. Kegiatan ini dirancang untuk menunjukkan bahwa literasi tidak hanya terbatas pada membaca teks, melainkan juga mencakup pemahaman terhadap seni, budaya, dan nilai-nilai lokal. Selain memberikan edukasi juga memberikan penyadaran tentang kebersihan dan tata kelola lingkungan di sekitar jembatan Siluk.

SON

Rangkaian Acara “Srawung Literasi” 2025

Acara berlangsung dari Sabtu, 27 September hingga Selasa, 30 September 2025, bertempat di Sekolah Sungai Siluk Imogiri Yogyakarta dengan jadwal sebagai berikut:

  1. Lokakarya Pengelolaan Komunitas TBM & Pemanfaatan Media Sosial Tema: “Membangun dan Mengelola Komunitas yang Aktif dan Berkelanjutan”.
    Narasumber: Faiz Ahsoul (Editor & Penggerak Pendidikan Komunitas) dan Desi
    Suryanto (Wartawan HarianJogja).
  2. Membaca Nyaring dan Dongeng Wayang “Nyaring Bertutur, Wayang Bercerita”.
    Narasumber: Farida Lisna P (Sanggar Anak Tumbuh) dan Bagong Soebardjo (Sanggar
    Wayang Dongeng).
  3. Diskusi Literasi dan Seni untuk Anak“Seni sebagai Jembatan Menuju Literasi”
    Narasumber: M. Rain Rosidi, M.Sn. (Kurator, Penulis, Dosen ISI Yogyakarta) dan Maya
    Lestari GZ (Penulis, Pendongeng, Pegiat Literasi Anak).
  4. Lokakarya dan Workshop Geguritan“Gumregah Geguritan – Menghidupkan Puisi Jawa di
    Era Kini”.
    Narasumber: KRT Rintaiswara (Abdi Dalem Kawedanan Widya Budaya, Keraton Yogyakarta) dan Dr. Akhir Lusono, S.Sn, M.M (Sastrawan Jawa).
    Acara Hari ini selas2 30 September 2025 “Gumregah Geguritan – Menghidupkan Puisi Jawa
    di Era Kini,” sebuah lokakarya dan workshop interaktif yang dirancang untuk mengenalkan, mendalami, dan mengasah keterampilan menulis serta membaca puisi Jawa modern atau geguritan.
    Acara ini bertujuan untuk menumbuhkan kembali kecintaan terhadap kekayaan sastra Jawa,
    khususnya geguritan, di tengah arus modernisasi. Para peserta akan diajak menyelami
    keindahan bahasa dan makna filosofis yang terkandung di dalam geguritan, sekaligus belajar
    menuangkan ide kreatif mereka menjadi sebuah karya puisi yang relevan dengan masa kini.
Exit mobile version