Gunungkidul, SURYAPOS.id – Kabar beredarnya suspect dugaan sapi terkena penyakit Lumpy Skin Disease (LSD), Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul (DPKH) terus menghimbau kepada seluruh masyarakat peternak untuk tetap merawat dan menjaga kebersihan kandang.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari ketika dikonfirmasi awak media melalui pesan WhatsApp menjelaskan, LSD merupakan penyakit kulit pada hewan ternak yang disebabkan oleh virus.
Menurut Wibawanti, penyakit LSD dapat terjadi karena vektor penyebaran penyakit yang bisa melalui nyamuk, lalat dan caplak. LSD disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV) dari jenis Genus Capripoxvirus dan Family Poxviridae.
Sedangkan untuk mekanisme penyebarannya Wibawanti menerangkan, LSDV menginfeksi hewan ternak, yang terjadi umumnya pada sapi dan kerbau melalui gigitan nyamuk penghisap darah seperti nyamuk dan lalat.
“Virus LSDV ini banyak menginveksi dan menular pada cuaca yang hangat dan basah, dan akan mengalami penurunan sangat tajam pada suhu dingin,” terangnya (26/01/2023).
Kepala Dinas juga berharap kepada masyarakat jika pada hewan ternaknya ditemukan tanda tanda klinis yang mengarah ke penyakit tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah dengan cara memisahkan sapi atau kerbau yang terindikasi LSD untuk dipisahkan dengan ternak yang sehat.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan terus memantau kondisi hewan ternak serta membatasi lalu lintas ternak dari dan ke peternak.
“Kami himbau kepada masyarakat untuk tidak menjual hewan yang sakit dan memasukan ternak yang baru, serta segera berkonsultasi dengan petugas kesehatan hewan untuk pengobatan suportif terhadap ternak yang sakit,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia juga menambahkan, bahwa saat ini pihaknya sedang melaksanakan surveilance tentang laporan dari masyarakat dan ditindaklanjuti dengan pengambilan sampel oleh Balai Besar Veteriner (BBVet).
“Untuk upaya-upaya kewaspadaan dini dan pencegahan yang kami upayakan adalah dengan cara, pemeriksaan hewan di pasar hewan, droping desinfektan ke masing-masing UPT Puskeswan dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) serta sosialisasi di tengah-tengah masyarakat,” pungkasnya.