Kesehatan

Indonesia Masih Perlu Bekerja Keras Untuk Menurunkan Angka Prevalensi Stunting

Jakarta SURYAPOS – Efin Soehada, SE, MSi, Ketua Umum Yayasan Karya Bakti RIA Pembangunan (YKBRP) yang menaungi STIKes MRHJ, Memberikan saat Webinar Internasional dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-18, Sabtu (18/12)

Dalam sambutannya Efin Soehada katakan, bahwa ini adalah kesempatan yang baik bagi saya sebagai Ketua Umum Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan (YKBRP) memperkenalnya yayasan ini kepada para peserta Webinar Internasional. Menurutnya, YKBRP adalah sebuah yayasan yang secara khusus terlibat dalam sektor sosial.

“Selain STIKes MRH Jakarta, kami mengelola 3 Unit Kerja lainnya, ketiga unit kerja tersebut adalah Panti Asuhan Lansia atau Sasana Tresna Werdha atau STW, saat ini ada 57 orang yang tinggal di STW , serta panti asuhan yang berafiliasi dengan SOS International, sebuah LSM dari Austria, dan yang terakhir, kami juga mengelola Sekolah Anak Usia Dini (PAUD) ,pusat pendidikan nonformal untuk remaja,”kata Efin

Lebih lanjut Ketua Umum YKBRP jelaskan, suatu kehormatan dapat bertemu dengan semua dalam diskusi khusus tentang Stunting ini.meski Ia bukan berlatar belakang kesehatan, tetapi ketika mendengar tentang kata ‘Stunting ikut sedih.

” Saya merasa sedih yang sangat mendalam, sebagai seorang ahli strategi, yang saya ingat adalah tentang kualitas orang-orang yang nantinya harus bersaing untuk kehidupan yang lebih baik di dalam negeri dan secara global. Baik itu dalam bidang ekonomi, dalam bidang sosiologis, dalam segi psikologis, serta segala aspek kehidupan yang hakiki,” ungkap Efin

Untuk memahami persaingan hidup pada tingkat yang sama sepanjang waktu,yang selalu berubah lebih keras dan lebih keras lagi setiap periode waktu. Ini berarti semua perlu mengembangkan kualitas manusia yang lebih baik lagi.

“Data yang saya baca dari Asian Development Bank bulan November 2021, melaporkan bahwa prevalensi stunting pada anak di bawah 5 tahun, di 11 negara, Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan ke-2, yaitu 31,8 persen Filipina menempati peringkat ke-5 atau 28,7 persen dan Thailand peringkat ke-10 atau 12,3 persen  Singapura memiliki terendah 2,8 persen ,”jelas Efin

Untuk Indonesia masih perlu bekerja super keras untuk menurunkan angka prevalensi stunting. Program-program penanganan stunting yang harus di tingkatkan  seperti perbaikan gizi terutama bagi ibu hamil dan anak, pemberian ASI eksklusif, kemudahan akses peningkatan kesehatan, dan semua program yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan.

“Termasuk pendidikan itu sangat penting, karena tantangan besar bagi Indonesia, dengan jumlah penduduknya yang besar serta keadaan geografis Negara kepulauan , dan tidak terkecuali anggaran yang di perlukan cukup besar,” tambah Efin

Dalam hal ini kita percaya pemerintah telah menghitungnya dan kita di sini adalah para sarjana dalam sistem kesehatan yang akan membantu Pemerintah untuk membuat tujuan tercapai.

Kami percaya dari Pembicara yang menjadi tamu kita dari Filipina dan Thailand,kita semua mendapatkan pengalaman yang baik dalam menyelesaikan masalah stunting di negara mereka. Saya yakin pengalaman ini akan menjadi tolak ukur yang baik untuk Indonesia,” pungkas Efin

Exit mobile version