Gunungkidul (DIY), SURYAPOS.id – Gempa bumi dengan kekuatan 7,2 Skala Richter (SR) guncang Padukuhan Nglorog, Kalurahan Kedungpoh, Kapanewon Nglipar. Pada Sabtu (28/10/2023) sekitar pukul 13.00 WIB.
Akibat dari peristiwa bencana gempa bumi dahsyat yang berlangsung beberapa detik tersebut mengakibatkan korban jiwa 1 orang meninggal, 4 orang luka berat, luka ringan 15 orang. Sedangkan dalam peristiwa itu sebanyak 76 penduduk terpaksa harus diungsikan ke area lapangan yang berada tepat disebelah Barat dari Padukuhan Nglorog.
Tidak hanya itu, akibat dari gempa yang terjadi terdapat 2 rumah penduduk rusak berat (ambruk), 65 rumah rusak ringan, 2 bangunan Masjid ambruk, 1 unit gedung SD runtuh serta akses jalan penghubung diwilayah Padukuhan Nglorog terputus.
Peristiwa yang terjadi disiang bolong itupun langsung mendapatkan respon cepat dari Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kalurahan Kedungpoh dibantu dari pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, aparat Kepolisian Sektor Nglipar, Dinas Sosial Kabupaten Gunungkidul, Puskesmas Nglipar, serta instansi yang terlibat untuk segera datang ke lokasi bencana melakukan evakuasi terhadap korban terdampak.
Raungan sirene yang berasal dari kendaraan Ambulans hilir mudik mengevakuasi warga di bawa ke barak pengungsian yang terlebih dahulu telah dipersiapkan oleh TRC BPBD Gunungkidul untuk menampung pengungsi ataupun korban luka untuk segera mendapatkan penanganan dari tim medis.
Kejadian diatas bukanlah kejadian yang sebenarnya, kegiatan tersebut merupakan bentuk dari simulasi yang digelar dalam rangka Gladi Lapang Kesiapsiagaan Bencana di DIY yang diberikan oleh Yakum Emergency Unit (YEU) Yogyakarta bekerjasama dengan BPBD Gunungkidul yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada warga masyarakat jika dimungkinkan terjadi bencana seperti halnya bencana gempa bumi.
Menurut keterangan dari Deborah Utami selaku Direktur YEU Yogyakarta, bahwa kegiatan yang dilakukan merupakan bentuk penguatan ketangguhan desa terhadap bencana bagaimana warganya lebih siap jika terjadi bencana mereka harus lari kemana dan kepada siapa mereka harus menghubungi serta bagaimana seharusnya melakukan koordinasi yang tepat dan cepat.
Deborah Utami menyebut, dengan peristiwa gempa bumi yang terjadi pada tahun 2006 dirinya beranggapan bahwa dengan simulasi yang dilakukan bisa menumbuhkan kesiapsiagaan warga masyarakat maupun generasi yang akan datang bagaimana untuk mengurangi dampak dari resiko bencana yang kemungkinan sewaktu waktu bisa terjadi.
“Diwilayah DIY ini termasuk Gunungkidul terdapat 12 lebih ancaman bencana yang kemungkinan terjadi, sehingga dengan simulasi ini masyarakat diharapkan benar benar mengetahui bagaimana harus bersikap dan bertindak ketika terjadi bencana,” ujarnya.
Sementara itu Suparman ketua FPRB Kalurahan Kedungpoh disela sela kegiatan mengatakan, kegiatan simulasi yang diberikan merupakan langkah awal Mitigasi kebencanaan bagaimana FPRB Kalurahan Kedungpoh dibawah kepemimpinannya mampu dan tanggap dalam mengurangi resiko bencana baik sebelum dan sesudahnya.
Semuanya pasti tidak menginginkan bencana apapun terjadi, namun dengan simulasi ini, kata Suparman, setidaknya tim FPRB maupun warga lebih bisa mengetahui dan mengerti sehingga jika ketika terjadi bencana mampu mengurangi dampak dan resiko yang terjadi.
“Termasuk bagaimana desain rumah yang benar benar harus standar sehingga tahan gempa maupun dengan mengurangi cabang pohon yang berada di lingkungan rumah sehingga ketika terjadi bencana puting beliung tidak mengakibatkan dampak yang lebih parah,” tandas Suparman.