Sosial Budaya

PT KAI Bakal Gusur PKL Depan Stasiun, Untuk Percantik Stasiun Wates.

Kulonprogo SURYAPOS – PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 6 Yogyakarta bakal memperluas dan mempercantik Stasiun Wates, sebagai salah satu upaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para penumpang KA yang berhenti di Stasiun Wates, dengan menertibkan sejumlah bangunan semi permanen yang ada di trotoar depan Stasiun Wates.

Menurut siaran pers yang diterima oleh SURYAPOS dari Humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta dijelaskan jika, penertiban sebanyak 13 orang pedagang yang berada di trotoar depan Stasiun Wates dilakukan sebagai bentuk peningkatan pelayanan kepada pengguna KA di Stasiun Wates yang saat ini sudah mencapai sekitar 1.009 orang per hari, dengan jumlah perjalanan sebanyak 20 KA jarak jauh dan 8 KA Prameks serta KA Bandara NYIA.

Sosialisasi terhadap 13 orang pedagang sudah dilakukan oleh PT KAI sejak bulan Januari 2022 dan untuk kelancaran, para pemilik kios juga diberikan bantuan biaya pembongkaran oleh PT KAI”, ujar siaran pers yang diterima oleh SURYAPOS.

Pantauan dari SURYAPOS di lokasi yang akan dilakukan pembongkaran, terlihat hadir juga Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Kulonprogo, Yuliyantoro S.E., Kepala Disperindag Kabupaten Kulonprogo Rohedy Gunung S.Sos., Kepala DPUPKP Ir Gusdi Hartono M.T., Lurah Wates Bambang Sunartito S.I.P., sejumlah pejabat dari PT KAI Daop 6 Yogyakarta dan Stasiun Wates untuk memastikan kelancaran dari proses pemindahan 13 PKL di trotoar depan Stasiun Wates.

Menurut Lurah Wates, Bambang Sunartito S.I.P., saat dikonfirmasi oleh SURYAPOS disela-sela kegiatan sosialisasi dan pemberian biaya pembongkaran kios milik para pedagang menyampaikan jika, pihaknya berharap para PKL yang berjualan di trotoar depan Stasiun Wates untuk ikut mendukung program dari PT KAI, mengingat aset yang digunakan untuk berjualan tersebut juga merupakan aset dari PT KAI, sehingga saat dibutuhkan ya harus diberikan kembali.

Saya berharap pada PT KAI, jikalau nanti mungkin ada pembangunan kios di dalam Stasiun Wates, para pedagang ini untuk diberikan prioritas, jikapun tidak ada, saat ini dari Disperindag Kabupaten Kulonprogo juga sudah menyiapkan tempat relokasi, yakni di pasar Sentolo”, ujar Bambang.

Sementara itu Kepala Disperindag Kabupaten Kulonprogo, Rohedy Gunung S.Sos., menyampaikan jika Pemerintah dalam hal ini adalah Disperindag Kabupaten Kulonprogo sudah menyiapkan sejumlah kios yang ada di pasar Sentolo untuk menampung para PKL yang ada di depan Stasiun Wates, dan berharap pada semua PKL untuk bisa legowo saat harus dipindahkan dari trotoar di depan Stasiun Wates ke pasar Sentolo.

Terkait dengan tingkat keramaian sendiri, kami dari Disperindag juga tidak akan tinggal diam, kami juga sudah menjalin sejumlah kerja sama dengan berbagai angkutan travel, bus pariwisata dan sebagainya agar bisa singgah dan berbelanja di tempat tersebut, bahkan kami juga kedepannya akan menggelar berbagai event yang bisa mendongkrak penjualan serta jumlah pengunjung di pasar Sentolo”, ujar Rohedy.

Sementara itu Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Kulonprogo, Yuliyantoro S.E., menyampaikan jika memang aset milik PT KAI akan digunakan untuk melakukan perluasan Stasiun Wates, maka dirinya berharap jika ada pembangunan kios di dalam stasiun, maka para PKL ini sudah seyogyanya untuk mendapatkan prioritas namun jika tidak ada, maka Pemkab bisa memberikan lokasi di pasar Sentolo.

Meski opsi pindah itu sendiri bukan pilihan yang mudah, namun kita juga mengetahui, ketika fasilitas publik yang berupa trotoar jalan ini digunakan untuk berjualan, jelas itu juga menabrak aturan, solusinya kita akan coba bicara dengan pemilik lahan di samping tanah milik PT KAI, kalau boleh oleh pemilik lahan monggo digunakan, nanti secepatnya kita akan coba lakukan komunikasi dengan pemilik lahan”, ujar politisi dari Partai PDI Perjuangan ini.

Disisi lain sejumlah pemilik kios semi permanen yang ada di trotoar jalan depan Stasiun Wates yang ditemui oleh SURYAPOS menyampaikan keberatannya ketika harus dipindahkan dari lokasinya berjualan saat ini, selain itu ketika harus dipindahkan ke pasar Sentolo maka mereka harus mencari pelanggan baru lagi di tempat yang baru.

Sebenarnya saya pribadi keberatan dengan pemindahan ini, tapi ya gimana lagi jika itu sudah menjadi program perluasan Stasiun Wates, terpaksa ya kita cari kontrakan kios dulu yang terjangkau agar bisa berjualan kembali”, ujar Wakidah.

Sementara itu Tami, pemilik kios makanan kecil ini tetap bersikukuh untuk tidak mau dipindahkan dari trotoar jalan depan Stasiun Wates, dan menolak menerima bantuan biaya bongkar kiosnya dari PT KAI.

Saya tetap menolak untuk dipindahkan, kalau harus dibongkar kios saya ini, saya akan memasang tenda agar bisa tetap berjualan, lha ini kan bukan tanah PT KAI, ini tanah Pemkab”, ujar Tami pada SURYAPOS.

Terlihat satu persatu dari para pemilik kios semi permanen yang ada di trotoar jalan depan Stasiun Wates menerima bantuan uang dari PT KAI, untuk melakukan pembongkaran kios sendiri dan diberikan deadline sampai dengan tanggal 28 Februari, namun dari 13 orang PKL hanya satu orang yang bersikukuh untuk tidak mau dipindahkan dan menerima bantuan uang dari PT KAI untuk pembongkaran kios mereka.

Exit mobile version