Suryapos

PKT UGM Gelar Pemutaran Perdana Film Dokumenter Kasus Polio Terbaru

×

PKT UGM Gelar Pemutaran Perdana Film Dokumenter Kasus Polio Terbaru

Share this article
0-0x0-0-0#
IFMAC 2025 | JAKARTA

Yogyakarta(31/10/2025) – Menurut data statistik, Indonesia telah dinyatakan bebas polio pada tahun 2014. Namun, menjelang akhir 2023, kembali ditemukan kasus polio di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Hal ini sempat membuat geger masyarakat setempat dan dijadikan kasus Kejadian Luar Biasa (KLB). Temuan ini menjadi alarm peringatan bahwa meskipun dinyatakan bebas polio, ancamannya belum sepenuhnya hilang dan dapat muncul kembali ketika kewaspadaan masyarakat melemah.

Kisah nyata keluarga penyintas polio di Klaten itulah yang menjadi inti dari film dokumenter “Langkah Akhir: Sisa Bayang Polio di Indonesia”, yang diproduksi oleh proyek Synthesis and Translation of Research and Innovation in Polio Eradication (STRIPE) di bawah Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM. Film berdurasi hampir 30 menit ini mengangkat perjalanan sebuah keluarga kecil yang harus menghadapi diagnosis dan stigma polio pada anaknya, di tengah keheranan banyak pihak bahwa penyakit itu masih bisa muncul di Indonesia.

IFFINA 2025 | ICE BSD

“Satu kasus ini menjadi alarm yang memantik respon dari semua pihak untuk mengatasinya,” jelas Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH, Penanggung jawab utama proyek STRIPE Indonesia. Menurutnya, upaya ini tidak berhenti hanya di satu negara saja, namun harus terus digalakkan hingga semua negara di dunia bebas dari polio.
Film yang tayang perdana pada Jumat, 31 Oktober 2025 di Gedung IFI Yogyakarta ini memadukan pendekatan dokumenter observasional dengan narasi personal yang kuat.

Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D

Penonton diajak menyelami keseharian keluarga Najwa, dari upaya ayahnya mencari pertolongan ke berbagai rumah sakit, hingga rasa dikucilkan tetangga yang takut tertular. Dalam salah satu adegan, Mat Zahran, ayah Najwa mengungkapkan dengan lirih: “Saya malu, Bu. Orang-orang takut datang ke rumah. Saya bahkan sempat ingin pulang ke Madura saja.”
Selain kisah keluarga Najwa, film ini juga menyoroti perjalanan Sutiayah, atau akrab disapa Mbak Ayah, seorang penyintas polio yang berprestasi sebagai atlet difabel. Ia mengenang masa kecilnya, ketika sebagian orang tua melarang anak mereka bermain bersamanya karena takut tertular. Meski menyakitkan, pengalaman itu menumbuhkan tekadnya untuk membuktikan bahwa difabel bukan berarti tak berdaya. “Saya ingin anak saya bangga punya orang tua difabel,” tuturnya. Kini, melalui olahraga, ia menunjukkan bahwa penyintas polio bisa mandiri dan berprestasi.

Kisah Najwa dan Mbak Ayah menjadi dua potret lintas generasi yang mengingatkan bahwa perjuangan melawan polio belum usai. Film ini menegaskan bahwa keberhasilan menjaga Indonesia bebas polio tidak hanya bergantung pada upaya medis, tetapi juga pada kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi dan kesiapan sistem kesehatan dalam merespons kasus dengan cepat.

Lewat riset dan dokumentasi yang dilakukan proyek STRIPE, film ini hadir menjadi medium advokasi yang menghubungkan pengalaman pribadi penyintas dengan kebijakan publik. Pesannya jelas: imunisasi bukan sekadar perlindungan individu, tetapi tanggung jawab kolektif untuk mencegah terulangnya sejarah.

Mat Zahran, pemeran film “Langkah Akhir”

Film dokumenter ini merupakan bagian dari upaya diseminasi pengetahuan proyek STRIPE, konsorsium global yang bertujuan memetakan, mensintesis, dan menyebarluaskan pembelajaran dari program eradikasi polio, selain di Indonesia juga ada di enam negara lain. Sejak 2018, STRIPE Indonesia telah menerbitkan artikel ilmiah tentang pengalaman Indonesia mempertahankan status bebas polio, serta menyelenggarakan workshop dan kolaborasi akademik dengan universitas mitra.

“Kami ingin memastikan bahwa pembelajaran dari program polio tidak berhenti di ruang riset,” ujar dr. Riris Andono Ahmad MPH, Ph.D., penanggung jawab pendamping proyek STRIPE Indonesia. Menurutnya, pengetahuan itu harus terus diterjemahkan ke dalam kebijakan dan komunikasi publik agar masyarakat memahami pentingnya pencegahan penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin.


Melalui film “Langkah Akhir: Sisa Bayang Polio di Indonesia”, STRIPE Indonesia mengajak publik memahami bahwa capaian “bebas polio” bukan sebagai akhir perjalanan, melainkan sebagai awal dari tanggung jawab berkelanjutan. Film ini memperkuat pesan advokasi STRIPE, bahwa keberhasilan eradikasi polio hanya bisa dijaga dengan komitmen bersama, dari tenaga kesehatan yang bekerja di lini depan, pembuat kebijakan yang memastikan ketersediaan vaksin, hingga masyarakat yang percaya pada pentingnya imunisasi. Dengan memadukan data, riset, dan narasi kemanusiaan, film ini menjadi jembatan antara dunia akademik dan masyarakat, menghadirkan pesan pencegahan polio secara lebih dekat, relevan, dan bermakna.

SON

RHVAC INDONESIA 2025
AYO PASANG IKLAN
FLOORTECH INDONESIA 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

IFFINA 2025 | ICE BSD