Yogayakarta SURYAPOS – ( 5 /11 ) Cupu panjala merupakan sebuah benda pusaka yang turun temurun dan di yakini benda yang mempunyai karomah. Upacara pembukaan cupu panjala merupakan kegiatan tradisi masyarakat yang masih dipertahankan hingga saat ini, sebagai bentuk nguri uri kabudayan jawa karena dalam upacara tradisi tersebut banyak mengandung makna kebersamaan dan kerukunan dimasyarakat dari berbagai golongan.
Upacara yang dilaksanakan rutin tiap tahun itu dipusatkan di dusun mendak, Girisekar, Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta tepatnya rumah mbah Dwijo Sumarto sebagi ahli waris dan juga keturunan ke 7 dari kyai panjala sebagi pemilik awal cupu tersebut.
Mbah Dwijo Sumarta menuturkan awal mula cupu panjala, dulu ada seorang yang bernama Eyang Seyek yang kerjaannya mencari ikan di laut selatan dengan mengunakan jala/jaring, suatu ketika saat menjaring Eyang Seyek mendapatkan sebuah guci atau cupu dalam jaringnya dan dibawa pulanglah cupu tersebut. Eyang Seyek ini tidak beristri namun memilika saudara kandung 5 laki-laki dan 5 perempuan. Eyang seyek mendapatkan wangsit untuk merawat dan nenyimpan benda tersebut dengan baik. Berawal dari situlah cupu tersebut diyakini memiliki karomah sehingga dikeramatkan oleh masyarakat sekitar dan diyakini bisa menjadi sebuah gambaran kehidupan masyarakat baik dari kalangan atas maupun bawah.
Sejak saat itu cupu diberi kain pembungkus yang herwarna putih. Jika akan dibuka kain pembungkus tersebut dilakukan dengan upacara tradisi dengan doa-doa dan keduri besama. Sejak saat itulah kegiatan tradisi tersebut dilaksanakan hingga kini yang terkenal dengan sebutan upacara tradisi pembukaan cupu panjala setiap tahunya. Dan terus dipertahankan hingga kini oleh masyarakat karena mempuyai nilai sejarah dan budaya lokal yg penuh dengan kearipanya, upacara tradisi yang dimualai dengan doa bersama dan makan bersama sebagi simbul kerukunan dan kebersamaan masyarakat dari berbagai golongan diawali pukul 10:00 wib.
Setelah selesai kegiatan awal maka mulailah dibuka kain pembungkus cupu panjala satu persatu yang dilakukan oleh para pewengku adat desa tersebut dan setiap tanda yang ada pada kain pembungkus dibacakan oleh kuncen cupu tersebut. Cupu panjala ada tiga gambaran yaitu semar tinandu yang menggambarkan keadaan penguasa dan pejabat tinggi , Palang kinantang menggabarkan keadaan masyarakat menengah kebawah dan kenthiwiri yang mengabarkan untuk rakyat kecil
Kegiatan upacara tradisi ini masih banyak mengundang perhatian dari berbagai pihak dan biasanya di hadiri dari ribuan orang dari berbagai daerah yang tertarik ingin menyaksikan kegiatan tersebut .