Jakarta. suryapos.id Sontak, Gardu Banteng Marhaen yang ujug-ujug itu, memperkarakan Hersubeno Arief, seorang jurnalis senior, upaya yang terkesan iseng dan coba-coba untuk menempuh sebuah jalur hukum terhadap seorang jurnalis senior, terkait dengan tudingan menyebarkan berita hoax , tentang Ketua Umum PDI Perjuangan yang dalam keadaan sakit dan kritis.
Selain sebagai kekeliruan intepretasi menangkap pemberitaan yang di release oleh FNN, berangkat dari ramainya kabar itu di medsos, berangsur bisa menjadi stimulus mengurai peran media dan hubungannya dengan Pemerintah, serta upaya memutilasi suara rakyat, seperti yang sebelumnya pernah dialami oleh Forum Keadilan, GATRA dan sebagainya, rasanya semua berita yang mampu menampar pipi dan memekakkan gendang telinga penguasa, harus dimatikan atau setidaknya dikecilkan volumenya.
Terkait dengan kebenaran atau kebohongan seputar pemberitaan kondisi kesehatan Megawati Soekarnoputri, yang menyedot perhatian publik, dari persoalan itu, ada yang menarik untuk ditelisik, terutama peran media dalam mengangkat isu strategis dan menyentuh kepentingan rakyat dan negara.
Berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pesatnya dunia teknologi informasi, menciptakan trend setiap orang atau komunitas yang lebih luas, untuk menjadi subyek sekaligus obyek pemberitaan dan seiring era digitalisasi yang melahirkan keberlimpahan informasi, memunculkan ragam media alternatif dan kemudahan masyarakat dalam memanfaatkannya, selain cepat dan mudah menyebar media komunikasi dan informasi berbasis masyarakat itu juga rentan terhadap aspek validitas dan akuntabilitas, sehingga untuk penyajian berita yang informatif, edukatif dan sehat, sangat bergantung pada kearifan menyerap, mengunyah dan memuntahkannya.
Namun yang patut digarisbawahi, fenomena tersebut juga ekuivalen terhadap pergeseran peran sebagian besar media mainstream, yang sebelumnya pernah menjadi sentral arus informasi dan salah satu pilar demokrasi, media konvensional berusia tua itu terlihat terseok-seok beriringan dengan dinamika arus informasi berkarakter website dan media online, meski media mainstream juga bertransformasi menjadi bagian dari itu, kemudian menjadikannya tetap eksis dengan pengakuan publik dan tingkat presisinya, tetap saja semodel website dan media online yang tidak terafiliasi dengan media mainstream menjadi lebih istimewa, karena kepraktisannya menghadirkan kecepatan penyajian berita dan tagline informasi dalam genggaman, tentu saja medsos yang menjadi salah satu konversinya, sangat mudah diakses, dibentuk dan dikelola penggunanya, serta menjadi bagian dari teknologi komunikasi dan informasi yang seiring jaman memang sudah disiapkan menjadi senjata dan strategi menguasai masyarakat bahkan dunia.
Jika mau melihat lebih jauh dan lebih dalam dari aspek sosiologis kemanusiaan, medsos menjadi layaknya entitas yang memengaruhi pelbagai aspek kehidupan seperti, sosial ekonomi, sosial politik, sosial hukum, sosial keamanan dll.
Medsos yang menjadi turunan dari media online itu, merupakan representasi dan respon masyarakat terhadap ketidaksesuaian komunikasi massa yang dibangun oleh Pemerintah dan Negara, termasuk mayoritas media mainstream, tidak sekedar menghadirkan “Citizen Journalism” , medsos dengan keragaman platformnya, merupakan bentuk pemberontakan komunikasi dari publik, menjadikannya simbol kebebasan, ia juga membentuk perlawanan, ia mewujudkan demokrasi jalanan saat sekaratnya Parlemen dan Konstitusi.
Media dan ruang-ruang sosial milik masyarakat, tak akan berhenti mengusik dan menghantui bentuk apapun yang dirasakannya sebagai tiran, suatu ketika ia muncul sebagai narasi, juga dalam audio visual, dan tiba-tiba serentak berwajah mural, lain waktu dalam bentangan spanduk atau karton, atau bisa juga mengintip atau mengusik lewat meme dan karikatur, selalu ada aliran dari mata air suara yang keluar menyeberang watak otoriter dan diktator.